Sejumlah industri yang berorientasi pasar ekspor bisa diuntungkan karena menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Sedangkan industri sepatu berbasis pasar lokal justru akan sebaliknya.Selama ini, bahan baku industri alas kaki masih banyak yang harus diimpor. Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Apersindo) Eddy Widjanarko mengatakan untuk jangka panjang, nilai tukar dolar yang terus menguat terhadap rupiah bisa menjadi keuntungan bagi pengusaha alas kaki yang mengekspor produknya. Namun untuk jangka pendek, hal itu belum terasa karena bahan baku yang didapat masih impor.Eddy mengatakan, bahan baku industri sepatu saat ini 60% masih diimpor. Maka tidak heran menurutnya, biaya pun jadi membengkak karena kenaikan dolar ini.
“Kenaikan (dolar) ini tidak ada untungnya. Karena bahan baku masih 60% impor semua. Jadi industri ini hanya kerja saja. Bisa dikatakan nggak untung nggak rugi, tapi secara overall kita rugi, karena bahan baku, nggak bisa naikkan harga,” imbuhnya.
Apalagi untuk industri sepatu dan alas kaki yang tidak berorientasi pada ekspor, atau hanya mengandalkan pasar dalam negeri, sementara bahan bakunya sama-sama diimpor. Industri itu diyakini Eddy akan semakin terpuruk.
“Mereka nggak bisa naikkan harga, produksinya dikurangi. Mau nggak mau ya PHK. Saya belum dapat laporan tapi pasti ada yang PHK,” katanya.