Inilah merek sneakers lokal yang jadi buruan milenial

Anda tentu masih ingat, baru-baru ini,Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memamerkan sepatu (sneakers) terbarunya.  Dalam akun media sosial Instagram,  Menteri Susi nan nyentrik ini @susipudjiastuti115 mengunggah sneakers itu.

Dus, unggahan sini mendapat lebih dari 1,7 juta views lo. Banyak yang penasaran sneakers Susi itu. Dari rilis ke media, termasuk Kontan, sneakers ini dari bahan daur ulang.

Dalam IG nya, Susi menyebut: Life’s too short to waste.  Mari manfaatkan setiap menit waktu Anda.  Sepatu saya terbuat dari botol plastik yang di-rescyle. Jadi manfaatkan platik, jangan dibuang ke laut atau akan saya tenggelamkan!

Lalu siapa produsen sepatu daur ulang plastik ini. Dari rilis, sneakers berbahan baku ini diproduksi oleh Converse, perusahaan sepatu asal Amerika Serikat milik Nike. Selain memproduksi alas kaki untuk olah raga, Convese juga memproduksi sepatu untuk  gaya hidup (life style).

Khusus untuk pasar di Indonesia untuk sepatu berbahan plastik  yang didaur ulang sudah mulai dijual 19 Juli lalu. Banderolan harga mulai Rp 759.000 – Rp 999.000.

Di pasarnya, Converse adalah sneakers yang punya banyak penggemar, selain Adidas, Nike, Vans, Asics, New Balance, Reebock, Mcbeth, DC Shoes, Puma dan banyak lagi. Tapi, banyak juga lo sneakers lokal yang jadi buruan milenial lo. Berikut daftarnya.

Brodo

Laman Instagram Brodo @bro.do diikuti 480.000 follower dengan postingan gambar 3.629. Siapa sih Brodo? Di websitenya, Brodo berdiri pada tahun 2010. Di webnya, Yukka, Chief Executive Officer (CEO) Brodo bercerita kalau berdirinya Brodo diawali dari sulitnya ia mencari sepatu dengan ukuran 46. Sedianya, sepatu itu untuk hadiah temannya.

Latar pendidikan teknik dipakainya untuk menganalisis fakta bahwa Indonesia kaya dengan bahan material sepatu tapi tak banyak punya pengrajin sepatu handal. Hanya, tak ada merek lokal yang mampu bersaing dengan standar internasional. “Dari situlah lahir broodo, brand sepatu asli dengan kualitas tinggi dan  harga terjangkau,” ujat Yukka di laman Brodo.

Boleh jadi lantaran itu, mereka sepatu lokal di Bandung ini punya banyak penggemar, apalagi Brodo juga merambah ke pasar sneakers, dari sebelumnya produksi sepatu formal, casual dan boots.

Dengan janji menjaga kualitas, tetap stylish serta harga terjangkau, tahun 2018 menjadi pembuktian. Brodo terpilih menjadi official footwear merchandise Asean Games di tahun 2018. Selain menjual online, Brodo juga memiliki 11 toko yang tersebar di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Solo, Makassar, hingga Jogya lo.

Penasaran dengan harganya?  Tak menguras kantong, harga sepatu Brodo di rentang Rp 445.000 – Rp  499.000.

Compass

Compas juga menjadi salah satu brand sepatu lokal yang ada di benak pecinta sneakers. Laman instragramnya, ada  225.000 follower. Tak heran, saat Jakarta Sneaker Day Februari 2019 lalu, banyak orang menyerbu gerai Compass.

Salah satu pembetotnya adalah sepatu hasil kolaborasi Compass dengan influencer Brian Notodihardjo atau akrab disapa Bryant.

Compass, yang digawangi oleh Aji Handoko Purbo, mewujudkan ide-ide dari Bryant yang kental dengan military style.  Hasilnya: Compass Bravo, yang disebut Bryant sebagai realisasi 100 persen egonya.

Compass Bravo sendiri diproduksi terbatas, 100 pasang dan dibanderol dengan harga cukup murah, Rp 398.000. Saat rilis hari pertama, langsung ludes terjual hanya dalam waktu 1,5 jam.

Dikutip dari Kompas, Compass digawangi oleh Aji Handoko, meski ia bukan pemiliknya. Di perusahaan sepatu asal Bandung ini, Aji menjadi creative director

Didirikan  tahun 1998, Compass sempat menghadapi kebuntuan bisnis dengan tak mengembang. Baru saat Aji masuk di tahun 2017 dan bertanggungjawab di bagian kreatif dan strategi bisnis, Compass melaju.

Salah satunya dengan sneakers Gazelle.  Kemunculan Gazelle bahkan diklaim sanggup menjajarkan sneakers Compass setara dengan Vans.

Dilihat dari tampilannya, Gazelle juga mirip dengan Vans. Pembeda nampak dari toe cap berukuran seperempat dari umumnya. Desain ini diklaim terinspirasi sepatu vintage tahun 1940-an.

Setelah merilis Gazelle di 2017, bisnis Compass seperti kembali tegak. Dua sneakers yakni Gazelle low dan Hi juga menjadi buruan. Pun dengan colorway lain seperti biru, putih dan gum  sampai membuat antrean..

Dibanderol dengan harga Rp 158.000 sampai Rp 248.000, Compass menjamin kualias sepatunya tak murahan. Untuk model Gazelle, bagian upper terbuat dari material kanvas dengan stitching yang sangat rapih, sol sepatu ini juga perakitan vulcanized pun memiliki tingkat durability yang cukup baik.

NAH Project

Merek ini juga langsung terlontar saat penulis bertanya merek lokal sneaker yang banyak di cari. Di laman instragramnya,  Nah Project punya  185.900 follower.

Ini merek sneakers lokal asal Bandung yang kini menjadi favorit orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo.

NAH Project mengawali bisnisnya dengan pakaian. Bertahap The NAH Team kemudian menjajal masuk pasar dengan membuat sneakers.

Kurang dari setahun berdiri, nama Nah Project sudah sangat populer, terutama saat sneakers buatannya dipakai oleh Presiden Jokowi dalam festival musik We THe Fest 2018.

Menjadi semakin menjadi saat Presiden Jokowi juga memamerkan koleksi Yoga FlexKnit v2.0 buatan NAH Project sebagai sneakers favoritnya. Para sneakerhead pun langsung memburu sneakers NAH Project.

Dibanderol dengan harga Rp 280.000 – Rp 415.000, Nah Project  menjadi salah satu brand incaran penggemar sneaker alias sneakerhead.

Portee Goods

Emang zaman dulu sudah ada sneakers? Bisa jadi belum tapi Portee Good masuk ke pasar dengan gaya vintage, gaya artisan dengan kesan jadul. Tak dinyana, justru gaya ini malah jadi buruan penggemar sneakers yang suka gaya klasik.  Model favorit Portee Good adalah Native Moc Sneakers Chestnut. Adapun rentang harga sepatu ini di kisaran Rp 490.000  sampai Rp 900.000

Oh iya, Portee Good dirikan oleh Gunantyo Suci. Ia bercita-cita, produk sepatu kulit lokal kelak tak kalah dengan merek-merek ternama seperi DR. Martens, Red Wings maupun Timbeland.

Thanksinsomnia

Dengan follower IG mencapai 500.000, Thanksinsonia kental dengan gaya grunge tahun 90an. Anake apparel awalnya menjadi andalan  jualan Thanksinsomnia, mulai hoodie, jaket denim, tas ransel, topi dan kemeja. Belakangan Thanksinsomnia juga meluncurkan sneakers yang langsung menginjak pasar. Dengan  harga Rp 300.000 an, sneakers bikinan Thanksinsomnia ini mampu menarik perhatian.

Kolaborasi  Thanksinsomnia dengan merilis koleksi khusus bersama TKW, sub label busana asal Bangkok, Thailand, Takawa Wong melecut banyak perhatian.  Berdiri tahun 2013, Thanksinsomnia didirikan oleh Mohan Hazian.

Dikutip dari Kompas, perjalanan Mohan hingga ke Insomnia tak mudah. Ia misalnya pernah menjadi sales rokok sampai pegawai di sebuah toko buku. Perkenalannya dengan dunia sablon kaos hingga tas menjadi awal ide pendirian Thanksinsomnia. Di sanalah ia belajar mendesain dan memproduksi serta menjalin relasi.

Mengambil lokasi di Bumi Serpong Damai (BSD), brand Thanksinsomnia kini punya banyak penggemar di seantero negeri.

Word Division

Ian Connor bahkan sempat menegur sang pemilik merek World Division Rifky Ferdinan. Ian Connor sempat menuduh Word Division menjiplak. Hanya masalah menjadi adem karena ternyata Word Division sudah menggunakan logo petir lebih dulu yakni sejak 2015, sedangkan Revenge x Storm pertama kali keluar di pasar dua tahun setelahnya atau tahun 2017.

Rizky dalam wawacara dengan Kompas, menyebut logo petir dalam Word Division sendiri sebenarnya adalah inisial huruf ‘W’ yang dibuat agak miring. Inspirasi meyerupai petir ia dapatkan dari tato di tangannya.

Kebosanannya bekerja di industri ritel mengantarkan  Rifky menjadi pebisnis kaos, awal mula bisnis World Division. Rifky semula hanya membuat  kaus untuk label Word Divison (WD). Ide lain lantas mengembang derngan mencoba membikin  sepatu. “Saat itu, saya diminta mertua untuk membereskan barang-barang bekas membuat sandal dan sepatu. Dari situ inspirasinya,” katanya.

Bermodal Rp 5 juta, Rifky lantas mencoba-coba membuat sepatu dan menggandeng teman yang juga pengrajin sepatu. Sneakers pertamanya dibuat dalam jumlah terbatas dan mengincar pemusik lokal Bandung sebagai pasar.  Salah satu pasar yang dituju para pemain skateboard. “Ini sekaligus untuk mengetes ketahanan,” ujar dia.

Dari situ pula Rifky terus membenah untuk menjual sepatu dengan kualitas andalan. Promo dengan  menggandeng selebritas di dunia sneaker, antara lain Tirta Mandira Hudhi dan Bryant Notodihardjo membuahkan hasil. Kolaborasinya juga dilakukan dengan brand lain seperti Badhabbit yang fokus pada apparel kian menampaknya WD di para penggemarnya.

Yang juga membuatnya senang, koleksi sepatu dengan balutan cerita yang melatari dan dibikin dalam edisi terbatas, yakni maksimal 100 pasang ludes terjual.

Dari situ pula, Word Division makin mengukuhkan diri sebagai sneakers yang banyak diburu sneakerhead.

Jadi tak melulu sepatu impor, nyatanya banyak juga kan sneaker lokal yang layak jadi buruan para sneakerhead.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *